Rabu, 27 Maret 2013

Sarapan, Bekal Penting Meraih Masa Depan


image
SEBUAH masa depan besar berawal dari sarapan. Kendati terdengar sepele, sejatinya sarapan atau makan pagi memiliki peran sangat penting dalam pembentukan masa depan anak-anak. Berkat sarapan yang benar, maka masa depan yang gemilang akan berada dalam genggaman.
"Masa depan anak-anak banyak ditentukan oleh kebiasaan mereka saat ini, salah satunya adalah membiasakan diri untuk sarapan yang bergizi," ungkap Prof Hardinsyah, Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat IPB di Jakarta, Selasa (27/3).
Usia sekolah, terutama usia 7-13 tahun merupakan masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita, di mana kesehatan yang optimal menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Namun faktanya, status gizi anak usia sekolah saat ini masih memperihatinkan.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, secara nasional prevalensi anak pendek (kerdil) dengan usia 6-18 tahun masih tinggi, yakni di atas 30 persen.
"Prevalensi anak pendek juga ikut mencerminkan adanya riwayat kurang gzi, yang bisa mengancam masa depan mereka," tambah Hardinsyah.

Sarapan dapat memenuhi 15-30 persen kebutuhan gizi harian sebagai bagian dari gizi seimbang dalam rangka mewujudkan hidup sehat, bugar, aktif dan cerdas. Namun sayangnya masih banyak anak Indonesia yang tidak sarapan.
Bagi orang tua, khususnya ibu, masalah utama untuk membiasakan sarapan pada anak  adalah sulitnya membangunkan anak dari tidurnya untuk sarapan (59 persen), sulit mengajak anak untuk sarapan (19 persen), sulit meminta anak menghabiskan sarapan (10 persen) dan khawatir anak terlambat sekolah (6 persen).
"Sarapan memiliki sejumlah manfaat bagi anak usia sekolah karena mencukupi kebutuhan akan gizi seimbang agar mereka dapat tumbuh baik secara fisik dan mental sehingga penting bagi anak untuk mengawali kebiasaan sarapan rutin setiap hari untuk memiliki masa depan yang besar," kata Atiek Fatimah, Senior Brand Manager Blue Band.
Setiap hari, anak-anak usia sekolah membutuhkan 1800-2050 kkal dan protein 45-50 g untuk melengkapi kebutuhan gizi. Kondisi gizi yang tidak seimbang, baik  kekurangan atau kelebihan gizi, akan mempengaruhi tumbuh kembang anak dan pengembangan potensinya.
"Aktivitas anak akan meningkat dimulai sejak jam 6 pagi karena itu kebiasaan sarapan bergizi menyediakan energi dan nutrisi yang diperlukan untuk menjalani aktivitas," tambah Dr Soedjatmiko SpA(K), MSi, konsultan ahli tumbuh kembang anak dalam kesempatan yang sama.
Sementara dari segi psikologi, membiasakan sarapan merupakan investasi jangka panjang yang dapat menciptakan generasi tangguh, karena anak terbiasa hidup disiplin dan teratur, memiliki emosional terkendali karena selalu merasakan momen kebersamaan dalam keluarga.
"Kebiasaan sarapan memberikan interaksi timbal balik reguler dari orangtua kepada anak sehingga anak siap bersosialisasi di sekolah," tutur Roslina Verauli, seorang psikolog perkembangan anak dan remaja.
Menyadari pentingnya sarapan itu, Blue Band mengadakan serangkaian kegiatan bertajuk Blue Band Breakfast Goes To School. Yaitu kampanye 21 hari sarapan yang akan melibatkan 100.000 siswa di 300 sekolah yang berada di 6 kota di Indonesia di Jabodetabek, Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Update Terbaru

Blogger Widget Get This Widget -

Semua Ada di Sekitar Kita