Oleh Soraya Khoirunnisa
Dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad karangan Imam Nawawi Al-Bantani disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tanda orang celaka ada empat yaitu : pertama, melupakan dosa-dosa masa lalu padahal semuanya tercatat dengan rapi di sisi Allah.
Kedua, mengenang kebaikan di masa lalu padahal belum diketahui diterima Allah atau tidak.
Ketiga, Dalam urusan dunia selalu memandang ke yang lebih atas. Keempat, dalam urusan agama selalu memandang ke yang lebih rendah.
Kemudian disebutkan pula, tanda orang bahagia juga ada empat. Pertama, mengingat dosa-dosa yang telah lalu. Kedua, melupakan kebaikan yang pernah ia lakukan.
Ketiga, dalam urusan agama senang melihat kepada orang yang lebih tinggi (dalam ibadah dan ketaatannya kepada Allah). Keempat, dalam urusan dunia senang melihat kepada orang yang lebih rendah (sehingga mendorongnya untuk lebih mensyukuri nikmat-Nya).”
Marilah kita merenung, di manakan kita di antara kedua tanda tersebut? Apabila memang kita lebih cenderung kepada sifat-sifat yang celaka maka tidak ada salahnya untuk mengakui. Karena pengakuan adalah langkah awal untuk memperbaiki diri.
Tanda celaka yang pertama adalah melupakan dosa-dosa yang telah lalu. Kita sebagai manusia yang seringkali lalai, bukan saja melupakan dosa yang telah lalu bahkan kita acapkali tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan menambah pundi dosa kita.
Atau malah kita sudah tahu bahwa yang kita lakukan adalah dosa, namun tetap saja kita melakukannya. Seakan-akan kita meremehkan balasan yang pasti akan kita terima di akhirat. Maka, mengingat dosa akan menghentikan niat buruk kita sekaligus menjadi motivator dalam menambah pundi pahala.
Tanda celaka kedua adalah mengenang kebaikan di masa lalu. Adanya perasaan ini di dalam hati manusia adalah bukti nyata tentang liciknya syaitan. Syaitan pernah berjanji untuk selalu menggoda manusia yang disebutkan Allah dalam banyak ayat, salah satunya dalam surat Al-A’rof : 17. “Kemudian saya akan datangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
Ketika manusia akan melakukan kebaikan, syaitan dengan berbagai caranya menggoda manusia untuk gagal melakukannya. Namun ketika manusia berhasil mengalahkan bisikan syaitan dengan tetap melakukan kebaikan, syaitan menggoda manusia dengan cara yang lain. Dibisikkanlah ke dalam hati manusia rasa bangga dengan kebaikannya. Sehingga muncullah bangga diri. Muncullah rasa lebih baik daripada orang lain. Astaghfirullahal’adzim.
Dalam hal ini, menyadari bahwa amalan kita belum tentu diterima Allah memiliki peranan penting dalam menundukkan rasa ujub dan takabbur.
Tanda celaka ketiga adalah dalam urusan dunia selalu memandang kapada yang lebih atas. Sehingga jiwa tidak tenang dan selalu merasa kurang. Yang teringat hanyalah kekurangan dan serba kekurangan. Padahal, nikmat dari Allah adalah tidak terkira. “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). QS. Ibrahim : 34.
Dan yang tanda celaka yang terakhir adalah dalam urusan ibadah selalu melihat kepada yang lebih rendah. Orang yang seperti ini akan menjadi orang sombong yang merasa telah melakukan banyak. Padahal (lagi-lagi) kita tidak tahu apakah amal kita diterima Allah atau tidak. Maka, semoga kita dapat menjauhi tanda celaka dan mengamalkan tanda bahagia.
Wallahua’lam.
0 komentar:
Posting Komentar