Honda Blade, Seting Stop and Go
Malah perkasa dengan kompresi rendah. (F Chimon dan Fachmi. Kompetitif ke kelas Bebek Modif 4-Tak Senior)
Karakter engine yang dibutuhkan pacuan road race dengan pacuan
grasstrack berbeda. Meskipun, bisa pakai motor yang sama. “Powerband
road race, bermain di 8.000 rpm lebih. Sedangkan grasstrack, bermain di
rentang 4.000 – 5.000 rpm,” bilang Mosik Priyonggo, tunner yang garap
Honda Blade milik F. Chimon dari tim MPS Honda Banten KYT IRC Bagja
Bilqis Tryink.Dengan kebutuhan ini, maka Priyonggo menerapkan karakter yang sesuai. Yaitu, stop and go. Menariknya, tak perlu bermain rasio kompresi mesin yang tinggi buat terapkan karakter itu. Tetapi, cukup bermain di angka 12,8 : 1. Jadi, pakai Pertamax Plus saja. Usah Bensol!
Rasio kompresi mesin ini didapat dari piston Izumi diameter 54,4 mm yang dibuat mendem 0,6 mm jika diukur dari permukaan bibir silinder. Lalu, head silinder dipapas 0,1 mm saja. “Kan kompresi rendah. Lain kalau main kompresi tinggi, bisa dipapas 0,4 – 0,6 mm,” sebut Onggo, sapaan tenar Priyonggo.
Engine main di powerband tengah
Permainan karakter power yang ada di putaran tengah, diatur lagi dari
durasi kem. Durasi klep isap dan buang, dibikin sama. Yaitu, 272
derajat. Hitungannya, klep isap membuka 34 derajat sebelum TMA (Titik
Mati Atas) dan menutup 58 derajat setelah TMB (Titik Mati Bawah).Sedangkan klep buang, membuka 58 derajat sebelum TMB dan menutup 34 derajat setelah TMA. Kondisi ini, membuat LSA (Lobe Separation Angle) bermain di angka 102 derajat. Cocok buat karakter stop and go.
Lewat durasi ini, maka klep dari Kawahara Racing yang mengusung diameter 28 mm (in) dan 24 mm (ex) bekerja sempurna. Lift klep yang dipatok buat klep in, 9,6 mm. Sedangkan klep buang,9,4 mm. Nah lho, kenapa tinggi angkatanklep buang lebih rendah?
Karbu Keihin PWK 28 mm, cukup!
“Tujuannya agar saat hi-rev atau lagi jumping dan bejek gas, mesin tak
terjadi pengkayaan bahan bakar. Ketika mendarat, pembakaran tetap
sempurna,” kata tunner 27 tahun dari Jogjakarta itu.Mendukung pembakaran sempurna di ruang bakar, maka Onggo mengaplikasi pengapian milik Yamaha YZ125 yang didukung CDI Rextor dan koil Kawahara Racing. “Timing pengapian tertinggi dibikin 37° di 9.000 rpm dan terendah di 34° di 12.000 rpm,” tutup Onggo.
Lewat setting ini, Chimon yang mengapit bodi dan tangki Honda CRF150 dari Accerbis Italy by Variasi MX pun kampiun di ajang Kejurnas beberapa waktu lalu di Bandung, Jawa Barat.
sumber : http://edan77.blogspot.com/2013/10/honda-blade-seting-stop-and-go_16.html