Tampilkan postingan dengan label Alkisah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Alkisah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 16 Juni 2013

Pengakuan Kontroversial Sang Pelacur Tuhan

|0 komentar
Pengakuan Kontroversial Sang Pelacur Tuhan - Tidak seorang pun di dunia ini ingin memiliki jalan hidup yang buruk. Termasuk Carla van Raay. Namun ketika “takdir” menggariskan demikian bagi perempuan itu, seolah tak tersedia pilihan lain kecuali menjalani dengan pelbagai pertanyaan yang dibangun dari trauma masa kecilnya. Ada sejumlah “kesalahan” dari awal yang dipercaya membuat hidupnya penuh kepedihan.

Nenek Carla melakukan hubungan seks pranikah dan melahirkan ibu Carla. Peristiwa ledakan petir yang membuat neneknya buta dianggap sebagai bentuk hukuman Tuhan. Di kemudian hari, Carla pun tahu bahwa ibunya hamil sebelum menikah dengan ayahnya. Dari sanalah Carla melihat tanda-tanda kegelapan yang bermuasal dari urusan dosa seksual.

God’s Callgirl. Dari judulnya saja, buku itu sudah mengundang kontroversi. Demikianlah Carla van Raay, yang telah menuliskan kisah hidupnya secara jujur dan blak-blakan. Buku itu menjadi best seller di Australia melalui penerbit Harper Collins dan kini diterbitkan dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit Hikmah. Berbeda dengan memoar lain, ada aroma sastra yang membuat buku ini nikmat dibaca.

Carla van Raay lahir tahun 1938 di kota kecil Tilburg, Belanda. Di masa itu perang sedang berkecamuk. Tapi bukan kondisi itu yang membuat gadis kecil
Carla merasa sangat menderita dan ketakutan. Ia mengalami pelecehan seksual dari orang yang dihormati dan dipujanya, ayahnya sendiri, pada usia 3 tahun! Rahasia itu disimpannya hingga masuk SD. Ingatan buruk itu digambarkan begitu jelas, bagaimana pada malam hari sang ayah mendatangi tempat tidurnya dan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya setelah menciumi seluruh wajahnya penuh nafsu. Kejadian traumatik itu berulang terus-menerus, memengaruhi kehidupannya hingga dewasa. Baginya, sang ayah seperti tokoh dengan pribadi ganda seperti Dr. Jekyll dan Mr Hyde. Ia bisa begitu baik, penolong, dan menunjukkan perilaku heroik, namun di sisi lain, saat hasrat seksual tak dapat dipenuhi oleh istrinya, jadi sangat menakutkan.

Pada tahun 1950, keluarganya pindah ke Australia. Selepas SMA, usia 18 tahun, Carla memutuskan menjadi biarawati. Tiga belas tahun hidup sebagai “pelayan Tuhan” ternyata tidak membuat pikirannya terang-benderang. Ia hanya menemukan konsep dosa yang serba menakutkan dari para pastor dan seniornya. Seks dan agama, tampaknya memang dua kutub yang berseberangan namun saling “menggoda” satu sama lain. Selalu ada pengkhianatan di antara keduanya. Carla sama sekali tidak melihat kejujuran mengenai seks dalam kehidupan biarawati, karena doktrin mengenai dosa justru acap digunakan untuk intimidasi. Akhirnya Carla melanggar sumpah dan memutuskan keluar dari lingkungan gereja.

Selepas dari biara, Carla menjalani hidup normal dengan menikah dan mempunyai anak, akan tetapi itu pun tak bertahan lama. Ada ketidakpuasan, terutama terkait dengan dorongan seksualnya, membuat ia memilih bercerai dan akhirnya… memasuki kehidupan yang sangat bertolak belakang secara moral: menjadi pekerja seks komersial. Pilihannya itu juga demi membiayai kehidupan bersama anak perempuannya.

Carla menyebut dirinya menjadi pelacur Tuhan, setelah ia bekerja sendiri, bebas dari germo. Terinspirasi dari lukisan pada vas Cina yang menggambarkan persetubuhan antara biarawati yang berpakaian lengkap dengan laki-laki pelbagai profesi, termasuk pelajar lajang. Benaknya segera merangkai cerita berupa pembenaran untuk perilakunya sebagai pelacur. Para biarawati itu membutuhkan para pria dan menggunakan seks sebagai meditasi kepada Tuhan. Biarawati (mungkinkah dalam agama Buddha di Cina?) dan lelaki yang membutuhkan chi wanita, berbagi emosi yang tepat dalam membangkitkan energi fisik dan spiritual. Sejak itu Carla membayangkan dirinya sebagai pelayan hasrat murni pelanggannya untuk menawarkan energi feminin yang akan menyeimbangkan hidup mereka. Para pelanggan akan merasa damai, terberkati dan suci, karena Pelacur Tuhan telah memberikan yang terbaik bagi mereka. Bahkan ia memasang iklan pada suratkabar Sabtu dengan kalimat: ahli sekaligus penyayang.

Apakah berarti jalan yang ditempuh Carla direstui Tuhan? Bagaimanapun, pada periode menjadi pelacur independen, dia mendapatkan banyak pengalaman seksual dengan pelbagai tipe laki-laki, termasuk yang membuatnya berubah pikiran. Semula ia beranggapan sanggup memberikan solusi bagi setiap pria yang memiliki problem rumah tangga. Ternyata tidak. Ada seorang pria, setelah mengalami orgasme yang hebat, justru gemetar dan menyembunyikan tangisnya yang menyayat hati. Peristiwa itu seperti pemantik yang memicu kesadaran baru bagi Carla. Apa yang para pria cari sesungguhnya tak pernah diperoleh dari pelayanannya. 

Kontroversi yang ada dalam buku God’s Callgirl adalah kejujuran dan keluguan Carla dalam menyingkap seluruh rahasia yang, boleh jadi, dapat menyinggung pihak keluarga maupun gereja. Oleh karena itu, saran Romo Haryatmoko, dalam membaca buku ini sebaiknya tidak melakukan judgement terlalu dini. Nikmati saja dulu hingga akhir lalu petiklah pelajaran yang positif. Sebagaimana pada umumnya memoar, jalan hidup memang serba tak terduga. Untuk menemukan jati-diri kadang-kadang perlu menempuh liku-liku sejarah yang tak hendak diulanginya.

Ditulis beberapa tahun yang lalu, buku ini cukup detail menggambarkan perjalanan hidup Carla van Raay, termasuk perasaan-perasaannya yang unik terhadap ayah (pada masa remaja) dan dengan sejumlah lelaki pelanggannya (di masa menjadi pelacur). Dalam menulis memoar ini, terutama pengalaman masa kecilnya yang luar biasa, Carla tentu tidak lagi mengambil sudut pandang sebagai anak-anak. Pelbagai pikiran dewasa masuk untuk memperkuat memori, tentang sikapnya terhadap situasi perang, anggota keluarga, dan kehidupan gereja. Meskipun demikian, ia tetap mengistilahkan “benda yang bau dan mengeluarkan cairan ke mulutku” untuk peristiwa pelecehan yang diterimanya semasa prasekolah.

Anda dapat melihat kecantikan Carla van Raay melalui beberapa foto dalam buku itu. Foto-foto itu menandai momen-momen penting hidupnya. Bagi laki-laki, tak perlu tergoda, karena kini ia sudah 69 tahun, hidup lurus dan memiliki cucu.
sumber : http://www.lucgen.com/2013/06/pengakuan-kontroversial-pelacur-tuhan.html

Rabu, 15 Mei 2013

Kisah : Suami Jadi Pengemis , Pengemis Jadi Suami

|0 komentar

Ada sebuah kisah nyata yang diambil dari buku Qishasasu Muatsirat Lilfatayat karya Ahmad salim Badwilan.

Ada seorang wanita yang baru saja dipersunting menjadi istri oleh seorang laki-laki. Lazimnya tradisi di Timur Tengah, saat malam pertama sang istri menyiapkan hidangan pembuka bagi suami. Mereka berkumpul mesra di ruang makan.

Ilustrasi / squidoo.com

Tiba-tiba, keduanya mendengar suara ketukan pintu. Sang suami menghentak dan berkata gusar, “Siapa tamu yang mengganggu ini?”

Berdirilah istri menuju pintu lalu bertanya dari balik pintu, “Siapa?”.

Terdengar jawaban, “Saya adalah pengemis yang meminta sedikit makanan”.

Si istri kemudian menyampaikan kepada suaminya, “Dia pengemis meminta sedikit makanan”.

Marah si suami sembari berkata, “Hanya gara-gara pengemis ini istirahat kita terganggu apalagi kita sedang menikmati malam pertama?”.

Si suami bergegas keluar dan langsung menghantam pengemis itu secara bertubi-tubi. Sesat kemudian, terdengar rintihan dan ringisan.

Si pengemis berlalu membawa rasa lapar dan luka yang memenuhi ruh, jasad dan kehormatannya.

Si suami kembali menemui istrinya di dalam kamar pengantin dengan hati yang penuh emosi karena gangguan yang terjadi barusan.

Sejurus kemudian, si suami terkena sesuatu menyerupai penyakit kesurupan, lalu dia merasa dunia menyempit dan menghimpitnya dengan keras. Lalu dia berlari keluar rumah dengan menjerit, meninggalkan istrinya yang ketakutan.

15 tahun berlalu...

Sang istri yang ditinggal suaminya ini mendapat pinangan lagi dari lelaki lain. Ia pun menerima dan mereka melangsungkan pernikahan.

Pada malam pertama, suami istri tersebut berkumpul didepan hidangan pembuka yang telah disajikan. Tiba-tiba keduanya mendengar suara ketukan pintu. Berkata suami kepada istrinya, “Pergilah bukakan pintu”.

Si istri menuju pintu dan bertanya, “Siapa?”.

“Pengemis meminta sesuap nasi”, kata tamu tersebut.

Si istri menemui suaminya yang langsung menanyakan siapa tamu. Si istri berkata, “Pengemis meminta sesuap nasi”.

Ilustrasi memberi makan pengemis / tuoitrenews.vn

Maka si suami berkata, “Panggil dia kemari dan siapkan seluruh makanan ini diruang tamu lalu persilahkan dia makan sampai kenyang”.

Si istri bergegas menyiapkan hidangan, membukakan pintu lalu mempersilahkan pengemis itu untuk makan.

Si istri kembali menemui suaminya dengan menangis. Suaminya bertanya, “Ada apa denganmu?, Kenapa kamu menangis?, Apa yang terjadi?, Apakah pengemis itu menghinamu?”

Si istri menjawab dengan linangan air mata yang memenuhi matanya, “Tidak”.

“Dia mengganggumu?”, tanya suami.

“Tidak”, jawabnya.

“Dia menyakitimu?”, tanya suami.

“Tidak”, jawabnya.

“Lalu kenapa engkau menangis?”, tanya suami.

Si istri berkata, “Pengemis yang duduk di ruang tamumu dan menyantap hidanganmu adalah mantan suamiku lima belas tahun yang lalu. Pada malam penganti itu, ada pengemis datang dan suamiku memukulinya dengan keras. Setelah itu mantan suamiku kembali menemuiku dengan dada yang sempit. Aku menyangkanya dia terkena jin atau kesurupan. Dia lari meninggalkan rumah tanpa ada kabar sampai malam ini….Ternyata dia menjadi pengemis.”

Si suami tiba-tiba menangis….

Istrinya bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”

“Taukah kamu siapa pengemis yang dipukul oleh mantan suamimu dulu?”, kata suami.

“Siapa dia?”, tanya sang istri.

“Sesungguhnya pengemis itu, aku….”, suaminya menjelaskan.
Moral Cerita

Kita tak pernah tahu apa yang terjadi esok hari, bahkan satu jam atau satu detik ke depan. Roda hidup terus berputar. Tatkala kita menjalani hidup, maka apa yang kita tabur dan itulah yang kita tuai. Beberapa kepercayaan menyebutnya sebagai karma, sementara secara ilmiah inilah hukum aksi-reaksi.\

Ketika kita berbuat jahat pada orang lain, maka Tuhan, yang menciptakan keseimbangan di alam semesta ini, menjalankan hukum aksi-reaksi tersebut pada diri kita. Maka, berbuatlah baik sekuat mungkin agar kita pun mendapat ganjaran setimpal dari kebaikan kita.

Di sisi lain, bagi kaum wanita, alangkah indah menjaga kehormatan dan menjadi istri, ibu yang baik bagi keluarga. Sang wanita pada kisah nyata di atas tetap berpegang pada hukum agama yang ia anut, untuk menjaga kehormatan dan kesetiaan pada suami.

Sementara para suami dan siapa pun lelaki yang kelak menjadi seorang suami, sebuah kehormatan bagi kaum pria menjadi kepala rumah tangga. Memberi teladan yang baik kepada istri dan anak-anak adalah semulianya ketundukan kepada Tuhan. Termasuk memberi contoh kemurahan, kebaikan hati pada tetangga, dan sesama manusia. Maka, Insya Allah mendapat kebaikan yang sama. sumber

Rabu, 08 Mei 2013

Watiyah, Penjual Gorengan Di DPR Yang Anaknya S2 Di Jerman

|0 komentar



Watiyah, Penjual Gorengan Di DPR Yang Anaknya S2 Di Jerman - Setiap hari kerja, Watiyah (60) alias Mak Wati datang ke Gedung DPR, Senayan, Jakarta. Bukan karena dia anggota DPR, Mak Wati datang ke rumah wakil rakyat tersebut hanya untuk menjajakan makanan.

Di gedung DPR, Mak Wati biasa berjualan di tiap lantai di gedung Nusantara I. Berbagai makanan basah dia jajakan, seperti lontong sayur dan gorengan. Soal harga, Mak Wati menjual mulai Rp 500 sampai Rp 7.000 dengan total pendapatan sekitar Rp 150.000 per hari.

Mak Wati yang memiliki lima orang anak, sebelumnya tak menyangka anak terakhirnya, Riska Panca Widowati (23) dapat melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Konstanz, Jerman.

Dia menceritakan, awalnya ketika Riska lulus Sastra Jerman di Universitas Negeri Jakarta pada 2007 silam, dia sempat melarang putri bungsunya itu melanjutkan kuliah ke luar negeri. Maklum sebagai orangtua, Mak Wati merasa ngeri dengan kehidupan dunia Barat yang identik dan terlanjur dicap dengan kebebasan yang berlebihan.

Namun, pemahaman Mak Wati terbuka, ketika dirinya mendapat banyak masukan dari kerabat dan orang dekatnya. Tak lama setelah itu, dia merestui putrinya terbang ke Jerman.

"Saya enggak tahu beasiswanya dari mana. Anak saya enggak ngajuin. Tapi ditawarin kuliah di Konstanz, tinggalnya di asrama," kata Mak Wati di Komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (8/5).

Mak Wati merasa bangga dengan tingkat pendidikan putrinya. Terlebih kondisi keuangan keluarganya yang serba pas-pasan, suaminya Wagimin hanya buruh bangunan. Hal itulah yang membuat Mak Wati bangga kepada putrinya.

Untuk mengobati rasa rindu kepada Riska, Mak Wati sering berkomunikasi melalui Skype. Sambil santai di rumahnya di sekitaran Cidodol Jakarta Selatan, Mak Wati mengaku betah bila ngobrol-ngobrol dengan putrinya itu.

Kini, kuliah Riska memasuki semester terakhir. Rencananya, September depan dia kembali ke Indonesia. Mak Wati berharap pendidikan tinggi yang diraih putri bungsunya itu dapat memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.  SUMBER

Sabtu, 04 Mei 2013

Foto: Suasana Haru Pernikahan Pria Cangkok Wajah

|0 komentar



Foto: Suasana Haru Pernikahan Pria Cangkok Wajah - Dallas Wiens (27) adalah nama yang masuk dalam sejarah medis Amerika karena menjadi orang pertama yang menerima transplantasi wajah secara penuh. Dengan wajah barunya, Dallas menikahi pasangannya, Jamie Nash (29) yang merupakan korban luka bakar.

Dallas mengalami luka bakar ia sedang memperbaiki jendela gereja. Kepalanya menyentuh kabel listrik, sehingga membuatnya terbakar. Atas kejadian tersebut, Dallas kehilangan sebagian wajah dan matanya.

Beda lagi dengan pasangannya, Nash, yang mengalami luka bakar 70 persen di tubuhnya. Nash mengalami kecelakaan mobil pada tahun 2010, saat ia mengemudi sambil berkirim sms.

Lagu Bruno Mars yang berjudul 'Just the Way You Are' dipilih keduanya untuk menyemarakkan pesta. "Banyak hal terjadi dan saya berpikir hal ini tidak akan mungkin bagi saya, tapi kamu membuat semuanya mungkin. Kamu memberi saya harapan, dan kamu memberi saya cinta yang lembut yang akan selalu saya hargai," kata Jamie selama upacara berlangsung.





[ sumber ]

Kamis, 02 Mei 2013

Serangan Umum 1 Maret Dan Kisah Soeharto Tak Mempan Ditembak

|0 komentar

Serangan Umum 1 Maret Dan Kisah Soeharto Tak Mempan Ditembak – Halo Semua Gimana Kabarnya Hari ini…? semoga Baik – baik saja dan Sukses dalam Menjalankan Aktivitas Sehari Hari ya. Postingan Kali ini Blog Tonnscompsell akan Coba Bagikan Informasi Terbaru Khusus Buat Sahabat Semua yakninya tentang Serangan Umum 1 Maret Dan Kisah Soeharto Tak Mempan Ditembak Semoga bisa Berguna dan Bermanfaat Buat Pengunjung Sekalian, Oke Langsung Simak Artikel tentang Serangan Umum 1 Maret Dan Kisah Soeharto Tak Mempan Ditembak Selengkapnya Dibawah ini

serangan umum 1 maret dan kisah soeharto tak mempan ditembak Serangan Umum 1 Maret Dan Kisah Soeharto Tak Mempan Ditembak

INFO NEWS – Serangan Umum 1 Maret 1949 tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut menjadi salah satu catatan penting saat Republik ini baru mulai berdiri setelah lepas dari penjajahan Belanda.

Banyak versi seputar Serangan Umum 1 Maret tersebut. Namun demikian, peran Letkol Soeharto tentu tidak bisa dipisahkan dalam perang untuk merebut kembali Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta.

Tujuan utama tentu untuk menaklukkan pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Alhasil Serangan Umum 1 Maret bisa menunjukkan kepada dunia internasional bahwa tNI masih ada.

Kurang lebih satu bulan setelah Agresi Militer Belanda II, yaitu Desember 1948, TNI mulai menyusun strategi melakukan serangan balik terhadap tentara Belanda yang telah mengambil alih Yogyakarta. Serangan dimulai dengan memutuskan telepon, merusak jalan kereta api, menyerang rombongan konvoi Belanda, serta tindakan perebutan lainnya.

Belanda terpaksa memperbanyak pos-pos di sepanjang jalan-jalan besar yang menghubungkan kota-kota yang telah diduduki. Hal ini berarti kekuatan pasukan Belanda tersebar di pos-pos kecil di seluruh daerah.

Ketika pasukan Belanda sudah terpencar-pencar, barulah TNI melakukan serangan. Puncak serangan dilakukan dengan serangan umum terhadap kota Yogyakarta terjadi pada tanggal 1 Maret 1949, di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto.

Tepat pukul 6 pagi, serangan mulai dilancarkan ke seluruh penjuru Yogyakarta. Serangan itu telah mendapat persetujuan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dalam buku ‘Pak Harto Untold Stories’ karya Mahpudi Cs, Soerjono yang saat itu menjadi staf Letkol Soeharto menyebut bahwa serangan umum 1 Maret sudah sangat dipersiapkan secara matang. Sejak sore hari para prajurit TNI telah memasuki Kota Yogyakarta dengan menyusup. Pos komando ditempatkan di desa Muto. Malam hari, menjelang serangan umum itu, pasukan telah merayap mendekati kota.

“Sebelum serangan dilakukan, Pak Harto sering mengirim telik sandi (mata-mata) ke Kota Yogyakarta dan Keraton. Para komandan pun sering dipanggil untuk mematangkan strategi perang gerilya,” ujar Soejono.

Pagi hari sekitar pukul 06.00, sewaktu sirene tanda jam malam berakhir berdering, serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota. Dalam penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor barat sampai ke batas Malioboro.

Wilayah barat dipimpin Ventje Sumual, Selatan dan Timur dipimpin Mayor Sardjono, Utara oleh Mayor Kusno . Di wilayah kota sendiri ditunjuk Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, pasukan TNI mengundurkan diri.

“Saya merasakan langsung kepemimpinan Pak Harto sejak perencanaan hingga pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret,” terang Soerjono.

Soerjono juga mengaku jauh sebelum peristiwa Serangan Umum Satu Maret, dirinya sudah lama ikut Soeharto bergerilya di hutan-hutan. Soeharto pun selalu tampil di depan saat bertempur melawan Belanda.

“Pada saat itu, Pak Harto seolah-olah memiliki kekuatan mental yang luar biasa. Boleh percaya atau tidak, tetapi Pak Harto seperti tidak mempan ditembak. Pak Harto selalu di barisan depan jika menyerang atau diserang Belanda. Saya sering diminta menempatkan posisi diri di belakang beliau,” ujar Soerjono di halaman 99 buku tersebut.

“Saya ingat kata-kata Pak Harto, kalau takut mati tidak usah ikut perang,” terangnya.

Sebelum meninggal pada tahun 2008 lalu, Soerjono pun sempat menyayangkan beberapa orang yang meragukan peranan Soeharto dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Menurutnya mereka yang mempersoalkan tersebut karena tidak menyukai Soeharto.

“Saya sendiri merasakan keikhlasan Pak Harto pada saat perang dan terus berjuang membangun Indonesia ini. kelak generasi penerus akan melihat nilai-nilai positif yang sudah pasti di Lakukan Soeharto untuk Indonesia,” terangnya. SUMBER

Update Terbaru

Blogger Widget Get This Widget -

Semua Ada di Sekitar Kita