Unic29.com - Pelaut identik dengan kapal, ombak, dan kehidupan yang keras. Tak heran pekerjaan ini identik dengan laki-laki. Namun kelima perempuan muda ini dengan semangat dan tekad, menakhodai bahtera mengarungi samudera. Siapa saja mereka?
Indonesia pernah memiliki Keumalahayati. Dia adalah pahlawan yang juga pelaut perempuan ulung dari Aceh. Keumalahayati atau yang lebih dikenal dengan Malahayati, memimpin 2 ribu orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah gugur) untuk menyerang kapal-kapal dan benteng Belanda. Malahayati berhasil menewaskan Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Karena itu dia dianugerahi gelar Laksamana.
Nah keempat perempuan muda di dunia ini juga dengan berani mengarungi samudera, berikut mereka seperti dikutip dari Situs hebohnyadunia.com.
1. Jessica Watson
Jessica Watson, merupakan perempuan muda kelahiran 18 Mei 1993 asal Queensland, Australia. Jessica mengarungi samudera berkeliling dunia pada tahun 2009, sendirian, tanpa ada asisten atau yang menemani.
Jalur yang ditempuhnya mulai berangkat dari Sydney pada 18 Oktober 2009, menuju Samudera Pasifik, kemudian Samudera Atlantik hingga menuju Samudera Hindia. Dia kembali ke Sydney pada 15 Mei 2010, 3 hari sebelum hari ulang tahunnya yang ke-17.
Kendati rutenya tidak memenuhi rute standar World Sailing Speed Record Council (WSSRC), namun aksinya itu menobatkannya sebagai pelaut perempuan termuda yang berlayar solo keliling dunia pada 2010.
Jessica berlayar dengan kapal layarnya Ella’s Pink Lady yang bercat merah muda sepanjang 10 meter. Dia menempuh perjalanan sejauh 23 ribu mil laut atau 42.596 km mengelilingi dunia.
“Saya ingin menantang diri sendiri dan mencapai sesuatu yang membanggakan. Dan ya, saya ingin menginspirasi orang lain. Saya benci dinilai orang dari penampilan dan harapan orang lain yang meremehkan kemampuan gadis kecil,” kata Jessica seperti dilansir dari LA Times.
“Ini adalah perjalanan impian saya. Setiap langkah kecil di laut sana bukan hanya prestasi saya, tapi juga prestasi semua orang yang telah memberikan dukungan dan bantuannya bagi saya hingga saya berada di sini,” imbuh Jessica.
Kecintaannya akan laut tak mengherankan, mengingat ayah-ibunya pernah membesarkan ketiga anak mereka di dalam kapal penjelajah 16 meter selama 5 tahun. Selama itu pula anak-anaknya disekolahkan jarah jauh dan membacakan dongeng sebelum tidur. Salah satu dongeng yang menginspirasi Jessica untuk berpetualang adalah ‘Lionheart: A Journey of the Human Spirit’.
2. Laura Dekker
Laura Dekker merupakan pelaut perempuan muda, kelahiran Selandia Baru, 20 September 1995, yang memiliki 3 kewarganegaraan, Jerman, Belanda dan Selandia Baru. Pada tahun 2009, saat usianya masih 14 tahun, dia menyatakan akan berlayar keliling dunia sendirian.
Namun sayang, niatnya ini dicegah pengadilan di Belanda atas keberatan pemerintah lokal tempat Laura tinggal, karena dinilai masih terlalu muda dan masih harus di bawah pengawasan orang tua. Larangan pengadilan Belanda berjalan selama setahun hingga Juli 2010.
“Mereka (pemerintah Belanda) pikir itu berbahaya. Oke, di mana pun itu berbahaya. Mereka tidak berlayar dan tidak tahu tentang kapal, dan mereka ketakutan tentang itu,” ujar Laura mengomentari putusan pengadilan Belanda itu.
Laura baru bisa memulai petualangannya pada Agustus 2010 dengan kapal layarnya yang dinamai Guppy. Namun petualangan berlayarnya ini ditemani asisten dan tidak nonstop, karena kondisi cuaca. Menunggu kondisi cuaca membaik, Laura tinggal selama beberapa minggu di suatu daerah, magang menjadi kru kapal layar hingga sempat terbang pulang ke rumah.
Dia memulai rutenya dari Den Osse, Belanda pada Agustus 2010 dan mengakhiri pelayarannya di Pulau Siint Maarten, di Kepulauan Karibia pada Januari 2012. Saat itu usia Laura 16 tahun 123 hari.
Laura mengenal laut sejak kecil, dari bayi hingga 4 tahun, Laura dan orang tuanya menghabiskan hidupnya di tengah laut. Kemudian pada usia 6 tahun, dia sudah diberikan kapal layar sendiri berjenis Optimist, kapal khusus anak-anak hingga usia 15 tahun.
3. Abby Sunderland
Abby Sunderland, gadis remaja asal California, Amerika Serikat (AS) 19 Oktober 1993 yang berlayar keliling dunia. Abby mengikuti jejak kakanya, Zac Sunderland, yang menjadi pelayar keliling dunia solo pertama yang berusia di bawah 18 tahun di dunia.
Abby sudah dipersiapkan oleh ayahnya untuk berlayar keliling dunia sejak berusia 13 tahun. Akhirnya Abby berlayar dengan kapal layarnya Wild Eyes, dan memulai pelayaran tunggalnya dari Marina del Rey, California, AS pada Januari 2010.
Banyak masalah teknis yang ditemuinya karena tim Abby tak sempat menguji kapalnya dalam berbagai kondisi. Rute pelayarannya melewati Samudera Pasifik ke selatan Amerika menuju Samudera Atlantik hingga ke Samudera Hindia.
Namun sayang, 6 bulan setelah pelayaran pada 10 Juni 2010, ada sinyal darurat yang dipancarkan oleh kapal Abby, tepatnya pada jarak 3.765 km di sebelah barat daya Benua Australia. Keesokan harinya, Otoritas Keselamatan Maritim Australia langsung mengerahkan pesawat Qantas Airbus 330, dan kapal Abby terlihat setelah 10 menit pesawat itu terbang.
Abby kemudian diselamatkan oleh kapal ikan. Kemungkinan kapalnya tergulung oleh ombak besar di lokasi yang ternyata bukan jalur umum pelayaran itu. Pelayaran Abby ini menuai kritik karena menghabiskan biaya penyelamatan Aus$ 300 ribu atau sebesar Rp 294 juta.
Sejak itu pelayaran Abby berhenti dan dia berharap bisa melakukannya kembali di masa depan. Abby kemudian menerbitkan buku Unsinkable: A Young Woman’s Courageous Battle on the High Seas, pada April 2011.
4. Galia Moss
Galia Moss (37) adalah pelaut perempuan kelahiran Meksiko, dia menjadi pelaut perempuan pertama dari Amerika Latin pertama yang berlayar sendirian mengarungi Samudera Atlantik. Galia menempuh 41 hari perjalanan dari Vigo, Spanyol ke Cancun, Meksiko. Kiprahnya ini membuatnya dicatat oleh Guinness Book of World Record.
Dia kemudian memulai lagi petualangannya pada 2010, dengan berlayar dari Meksiko ke Israel, namun terhenti di Miami karena badai di Samudera Atlantik. Kemudian dia melanjutkan kembali petualangannya pada 2011 namun terhenti karena masalah pada kapalnya.
Dia juga bercerita bahwa selama pelayaran tunggalnya, dia harus menangani masalah teknis sendirian, termasuk memanjat tiang layar untuk memperbaiki lampu navigasinya sambil menerima instruksi dari telepon satelit.
Galia pertama kali jatuh cinta untuk berlayar ketika mengunjungi saudara perempuannya di Boston, AS. Galia dan saudaranya itu menjadi kru di suatu kapal pelayaran. Setelah itu dia hidup di Barcelona, Spanyol dan menerima setiap kesempatan untuk berlayar.
Impiannya mengarungi lautan Atlantik diinspirasi oleh buku berjudul ‘Maiden Voyage’ yang ditulis oleh Tania Aebi, pelaut perempuan termuda pertama yang berhasil berlayar tunggal mengarungi dunia.
“Saya selalu bekerja keras untuk mencapai impian saya, dan membangun kapal saya sendiri selalu menjadi salah satu impian yang saya tak tahan untuk mewujudkannya. Dan pesan yang sama yang saya ingin bagikan kepada pengikut jejak saya sesama warga Meksiko, jangan pernah menyerah mewujudkan mimpimu,” kata Galia.
(SUmber)