Oleh Stephanie Pappas, Penulis Senior LiveScience | LiveScience.com
Sebuah fosil makhluk yang boleh dibilang berbentuk sangat mirip penis bisa jadi adalah tautan yang hilang antara dua cabang misterius makhluk laut.
Fosil-fosil tersebut, yang terdiri atas 9.000 spesimen, tampak seperti hewan berbentuk cacing dengan “bagian ekor belakang yang memanjang dengan ujung berbentuk bulat,” demikian seperti yang digambarkan para peneliti jurnal “Nature” edisi pekan ini. Binatang ini tampaknya merupakan sebuah transisi dalam evolusi makhluk seperti cacing dengan tabung makanan yang dikenal sebagai pterobranches.
Pterobranches adalah bagian filum yang disebut hemichordates, bersama dengan sekelompok makhlut laut seperti cacing lainnya yang disebut enteropneusts, atau cacing acorn. Namun meski pterobranches berukuran kecil dan hidup di satu tempat, mendapat asupan makanan dari koloni tube worm dasar laut, cacing acorn yang penyendiri bergerak di atas liang, memakan makanan organik yang jatuh ke dasar laut. Cacing acorn memiliki rentang ukuran panjang dari mulai beberapa milimeter hingga beberapa meter.
Penghubung yang terabaikan
Hubungan antara kedua filum tersebut sangat misterius, tapi kini ilmuwan dari Royal Ontario Museum, University of Cambridge dan University of Montreal mengatakan bahwa mereka telah menemukan kaitan dari batuan Burgess. Formasi batuan di Canadian Rockies tersebut menyimpan fosil dari Periode Cambrian pertengahan, sekitar 505 juta tahun yang lalu.
Sebelumnya, cacing acorn tertua, atau enteropneusts, hidup sekitar 300 juta tahun lalu, kata peneliti Jean-Bernard Caron, kurator paleontologi invertebrata di Royal Ontario Museum di Toronto. Tapi batuan Burgess yang berusia 505 juta tahun menyimpan enteropneust yang lebih tua daripada itu.
Bahkan, spesimen tersebut, yang kini dinamakan sebagai Spartobranchus tenuis, adalah salah satu fosil yang paling umum ditemukan di batuan Burgess, kata Caron kepada LiveScience. Ahli paleontologi Smithsonian Institution, Charles Walcott, merupakan yang pertama mengabarkan penemuan cacing tersebut pada 1911.
“Dia hanya menulis tiga baris tentang cacing ini,” kata Caron. “Dia tidak yakin tentang apa yang ditemukannya tersebut. Dan pada dasarnya tidak ada yang dilakukannya sejak itu.”
Seekor leluhur cacing
Caron dan koleganya menganalisis 9.000 spesimen cacing. Ini bukanlah tugas mudah, kata Caron, karena sering kali bagian fosil yang mengandung ciri anatomi penting telah hilang atau tertutup oleh badan dari fosil cacing lainnya.
Makhluk tersebut tumbuh sepanjang 10 cm dan memiliki bentuk tubuh seperti penis (tidak seperti cacing acorn modern) yang dilapisi dengan insang. Tapi yang paling penting, cacing tersebut ditemukan telah menjadi fosil dengan struktur tabung sekitar 25 persen dari waktunya, lebih menyerupai pterobranch modern.
“Mereka seperti cacing enteropneust, tetapi mereka hidup dalam tabung, yang cukup bercabang dan kaku,” kata Caron. “Kami pikir tabung tersebut semacam tabung tempat pterobranch berevolusi.”
Temuan tersebut menjernihkan sebuah misteri mengenai apakah hemichordates saat ini berawal dari cacing yang tinggal di dalam tabung atau sebagai cacing liang yang terus bergerak.
“Untuk sementara, catatan fosil masih menunjukkan hasil yang kurang jelas,” tulis editor “Nature”, Henry Gee dalam komentarnya yang menyertai penelitian.
Penemuan tersebut juga membuka tabir asal usul chordates, sekelompok hewan dengan ekor tulang belakang yang mencakup vertebrata seperti manusia, kata Caron. Hemichordates, chordates, dan echinoderms seperti bintang laut dan landak laut, semuanya memiliki seekor nenek moyang sama yang memiliki celah insang, kata Caron.
“Kami pikir sangat mungkin bahwa nenek moyang ketiga kelompok tersebut adalah hewan yang menyerupai cacing.” kata Caron. (Sumber)