Membunuh 99 Suami Di Malam Pertama Dengan kelamin Beracun !
- NIAN Nio Lian Khie begitulah nama aslinya, Seorang komandan perang
wanita berpangkat Jenderal dari china , Seorang perempuan yang
dikalahkan oleh pasukan meurah johan seorang ulama yang berasal dari
kerajaan pereulak yang pada saat itu mereka berada di indra purba yang
bercocok tanam di daerah maprai (sibreh sekarang) dan mereka membuka
kebun lada dan merica pada saat itu setelah dikalahkan, jenderal Nian
Nio Lian Khie memeluk islam dan namanya diberi gelar yaitu sebagai
PUTROE NENG.
Kekalahan dalam peperangan di Kuta Lingke telah mengubah sejarah hidup
Putroe Neng, perempuan cantik dari Negeri Tiongkok. Dari seorang
maharani yang ingin menyatukan sejumlah kerajaan di Pulau Ruja
(Sumatera), ia malah menjadi permaisuri dalam sebuah pernikahan politis.
Pendiri Kerajaan Darud Donya Aceh Darussalam, Sultan Meurah Johan,
menjadi suami pertama Putroe Neng yang kemudian juga menjadi lelaki
pertama yang meninggal di malam pertama. Tubuh Sultan Meurah Johan
ditemukan membiru setelah melewati percintaan malam pertama yang selesai
dalam waktu begitu cepat.
Sebagian masyarakat Aceh mendengar kisah Putroe Neng dari penuturan
orang tua. Konon Putroe Neng memiliki 100 suami dari kalangan bangsawan
Aceh. Setiap suami meninggal pada malam pertama ketika mereka bercinta,
karena alat kewanitaan Putroe Neng mengandung racun.
Kematian demi kematian tidak menyurutkan niat para lelaki untuk
memperistri perempuan itu. Padahal, tidak mudah bagi Putroe Neng untuk
menerima pinangan setiap lelaki. Ia memberikan syarat berat seperti
mahar yang tinggi atau pembagian wilayah kekuasaan (Ali Akbar, 1990).
Suami terakhir Putroe Neng adalah Syekh Syiah Hudam yang selamat
melewati malam pertama dan malam-malam berikutnya. Ia adalah suami
ke-100 dari perempuan cantik bermata sipit tersebut.
Sebelum bercinta dengan Putroe Neng, Syiah Hudam berhasil mengeluarkan
bisa dari alat genital Putroe Neng. Racun tersebut dimasukkan ke dalam
bambu dan dipotong menjadi dua bagian. "Satu bagian dibuang ke laut, dan
bagian lainnya dibuang ke gunung," tutur penjaga makam Putroe Neng, Cut
Hasan.
Konon, Syiah Hudam memiliki mantra penawar racun sehingga ia bisa
selamat. Setelah racun tersebut keluar, cahaya kecantikan Putroe Neng
meredup. Sampai kematiannya, dia tidak mempunyai keturunan.
Sulit mencari referensi tentang Putroe Neng. Sejumlah buku menyebutkan
dia bernama asli Nian Nio Liang Khie, seorang laksamana dari China yang
datang ke Sumatera untuk menguasai sejumlah kerajaan.
Bersama pasukannya, ia berhasil menguasai tiga kerajaan kecil; Indra
Patra, Indra Jaya, dan Indra Puri yang kini masuk dalam wilayah
Kabupaten Aceh Besar. Beberapa benteng bekas ketiga kerajaan tersebut
masih ada di Aceh Besar sampai sekarang.
Namun, Laksamana Nian Nio kalah ketika hendak menaklukkan Kerajaan Indra
Purba yang meminta bantuan kepada Kerajaan Peureulak. Bantuan yang
diberikan Kerajaan Peureulak adalah pengiriman tentara yang tergabung
dalam Laskar Syiah Hudam pimpinan Syekh Abdullah Kana'an.
Jadi, Syiah Hudam sesungguhnya adalah nama angkatan perang yang menjadi
nama populer Abdullah Kana'an. Merujuk sejarah, pengiriman bala bantuan
itu terjadi pada 1180 Masehi.
Bisa disimpulkan pada masa itulah Putroe Neng hidup, tetapi tak
diketahui pasti kapan meninggal dan bagaimana sejarahnya sampai makamnya
terdapat di Desa Blang Pulo, Lhokseumawe.
Meski tak bisa menunjukkan makamnya, di mata Cut Hasan kematian 99 suami
Putroe Neng bukanlah mitos. Ia mengaku mengalami beberapa hal gaib
selama menjadi penjaga makam.
Ia bermimpi berjumpa dengan Putroe Neng dan dalam mimpi itu diberikan
dua keping emas. Paginya, Cut Hasan benar-benar menemukan dua keping
emas berbentuk jajaran genjang dengan ukiran di setiap sisinya.
Satu keping dipinjam seorang peneliti dan belum dikembalikan. Sementara satu keping lagi masih disimpannya sampai sekarang.
Menurut budayawan Aceh, Syamsuddin Djalil alias Ayah Panton, kisah
kematian 99 suami hanya legenda meski nama Putroe Neng memang ada.
Menurutnya, kematian itu adalah tamsilan bahwa Putroe Neng sudah
membunuh 99 lelaki dalam peperangan di Aceh.
"Sulit ditelusuri dari mana muncul kisah tentang kemaluan Putroe Neng
mengandung racun," ujar Syamsuddin Jalil saat ditemui di rumahnya di
Kota Pantonlabu, Aceh Utara, Selasa (26/04.2013).
Ali Akbar yang banyak menulis buku sejarah Aceh, juga mengakui kisah kematian 99 lelaki itu hanyalah legenda.
Makam Putroe Neng yang terletak di pinggir Jalan Medan-Banda Aceh
(trans-Sumatera), memang sarat dengan kisah gaib. Misalnya, ada kisah
seorang guru SMA yang meninggal setelah mengambil foto di makam
tersebut.
Ada juga yang mengaku melihat siluet putih dalam foto tersebut atau foto yang diambil tidak memperlihatkan gambar apa pun.
Sayangnya, berbagai kisah gaib itu, plus legenda kematian 99 suami
Putroe Neng pada malam pertama, tidak menjadikan makam tersebut menjadi
lokasi wisata religi sebagaimana makam Sultan Malikussaleh di Desa
Beuringen Kecamata Samudera, Aceh Utara.
Pemerintah Kota Lhokseumawe belum menjadikan makam Putroe Neng sebagai lokasi kunjungan wisata.
Suvenir tentang Putroe Neng tidak ada sama sekali. Para pengunjung yang
datang ke makamnya hanya sebatas peneliti dan segelintir masyarakat yang
pernah mendengar kisah Putroe Neng. Rendahnya kepedulian terhadap makam
Putroe Neng, bisa terlihat dari kondisi makam tersebut yang nyaris tak
terawat.
Di dalam komplek berukuran sekitar 20 x 20 meter tersebut, terdapat 11
makam, termasuk milik Putroe Neng tetapi selebihnya tidak diketahui
milik siapa.
Menurut Teungku Taqiyuddin, seorang peneliti yang getol menggali sejarah
Kerajaan Samudera Pasai, dari tulisan yang terdapat di batu nisan,
diyakini makam-makam tersebut milik ulama syiah. Lantas, benarkah makam
yang selama ini diyakini milik Putroe Neng sahih adanya?
Teungku Taqiyuddin mengaku belum mendapatkan jawaban sehingga keyakinan
masyarakat tentang kebenaran makam tersebut belum bisa dipatahkan.
"Siapa tahu dengan banyaknya penelitian nanti akan terjawab," kata
Teungku Taqiyuddin.
Menurutnya, bisa jadi karena ada makam Putroe Neng di sana, kemudian
berkermbang cerita tentang kematian 99 suami atau bisa saja kisah itu
sudah melegenda sejak lama. Sekitar 200 meter arah selatan makam Putroe
Neng, terdapat makam suami ke-100, Syiah Hudam yang terletak di atas
bukit perbukitan.
Jalan menuju Makam Syiah Hudam sangat tersembunyi, sehingga pengunjung
harus bertanya kepada masyarakat setempat karena tidak ada penunjuk
jalan. Program Visit Aceh 2011 yang digaungkan Pemerintah Aceh ternyata
tidak didukung dengan perbaikan infrastruktur.
sumber