Ribuan tahun yang lalu, dikisahkan ada dua kota dalam kisah Nabi Luth
(Lot) yakni Sodom dan Gomorrah. Dua kota ini penduduknya sangat suka
melakukan hal-hal yang dibenci oleh Tuhan seperti mabuk-mabukan,
berzina, dan berjudi. Dalam bahasa Ibrani, Sodom berarti terbakar
sementara Gomorrah adalah terkubur. Memang itu yang terjadi pada kota
itu, terbakar dan terkubur. Setidaknya, hal itu dipercaya oleh umat
Islam, Kristiani, dan Yahudi.
Karena kelakuan masyarakat Sodom itulah kemurkaan Tuhan menghancurkan
kota itu. Dengan api dan bebatuan panas dari perut bumi, kota itu luluh
lantah dan terkubur selama ratusan bahkan ribuan tahun mungkin.
Penelitian pun membuktikan bahwa ada energi panas yang luar biasa yang
menghancurkan kota itu. Bahkan, kekuatan panasnya disetarakan dengan
kekuatan bom atom. Secara teknologi dan pengetahuan, pada masa itu belum
memungkinkan untuk membuat bom atom.
Dukuh Legetang, sebuah daerah di lembah pegunungan Dieng, sekitar
2 km ke utara dari kompleks pariwisata Dieng Kabupaten Banjarnegara
juga punya cerita. Berdiri di daerah Legetang, sebuah tugu peringatan
kejadian yang terjadi pada tahun 1955. Pada masa itu, penduduk Legetang adalah para petani sukses dan kaya. Kemakmuran duniawi inilah yang membutakan para penduduk di sana.Bukannya bersyukur, mereka justru menjadi pendosa, pezina, dan penjudi. Berhubungan intim dengan ibu sendiri adalah hal biasa di sana pada masa itu.
Alkisah pada suatu malam turun hujan yang lebat dan masyarakat Legetang
sedang tenggelam dalam kemaksiatan. Tengah malam hujan reda. Tiba-tiba
terdengar suara “buum”, seperti suara benda yang teramat berat
berjatuhan. Pagi harinya masyarakat disekitar dukuh Legetang yang
penasaran dengan suara yang amat keras itu menyaksikan bahwa Gunung
Pengamun-amun sudah terbelah (bahasa jawanya: tompal), dan belahannya
itu ditimbunkan ke dukuh Legetang. Dukuh Legetang yang tadinya berupa
lembah itu bukan hanya rata dengan tanah, tetapi menjadi sebuah gundukan
tanah baru menyerupai bukit.
Seluruh penduduknya mati. Gegerlah kawasan dieng. Seandainya
gunung Pengamun-amun sekedar longsor, maka longsoran itu hanya akan
menimpa dibawahnya. Akan tetapi kejadian ini bukan longsornya gunung.
Antara dukuh Legetang dan gunung Pengamun-amun terdapat sungai dan
jurang, yang sampai sekarang masih ada. Jadi kesimpulannya, potongan
gunung itu terangkat dan jatuh menimpa dukuh Legetang.
Kisah yang serupa dengan kota Sodom dan Gomorrah. Semoga keselamatan senantiasa menyertai kita di dunia.
sumber : http://forum.viva.co.id/misteri/1092616-misteri-desa-kutukan-di-lereng-gunung-dieng.html