Secara keseluruhan famili Orthomyxoviridae terdiri dari lima genus virus, di antaranya virus Influenza A, virus Influenza B, virus Influenza C, Thogotovirus, dan Isavirus. Namun, hingga kini hanya virus Influenza A dan virus Influenza B saja yang menyebabkan gangguan serius pada manusia.
Bagi sebagian orang infeksi penyakit flu memang tidak bisa dianggap sepele, terutama pada wanita hamil. Pada masa kehamilan wanita sedang mengalami perubahan fisiologi dan hormonal yang tidak seimbang. Di samping itu, saat hamil juga terjadi pergeseran imunologis tubuh dari kekebalan selular menjadi hormonal, sehingga wanita hamil menjadi lebih rentan terhadap infeksi virus, termasuk influenza.
Dugaan ini diperkuat dari data pandemi penderita influenza yang lebih banyak menginfeksi wanita hamil dibandingkan wanita tidak hamil. Laporan beberapa penelitian membuktikan bahwa wanita yang mengalami flu pada masa kehamilannya dapat beresiko menyebabkan cacat, kanker, dan skizofrenia pada bayi yang dikandungnya.
Khusus skizofrenia, penyakit ini adalah suatu penyakit otak yang terjadi akibat ketidakseimbangan dopamin, yaitu salah satu sel kimia yang berada dalam otak. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan bahwa sebanyak 1% populasi penduduk dunia menderita penyakit skizofrenia. Walaupun persentasenya kecil, namun diperkirakan jumlah penderita setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.
Pada masa hamil, wanita beresiko terkena skizofrenia hingga tiga kali lipat saat minggu pertama masa kehamilannya. Kemungkinan ini terus meningkat menjadi tujuh kali lipatnya saat usia kandungan mencapai pertengahan kehamilan.
Biasanya penderita sering terlambat menyadari kalau sedang terkena skizofrenia, sehingga pengobatan pun sering terlambat dilakukan. Pengobatan sedini mungkin sangat penting dilakukan, karena bila semakin lama diobati kemungkinan kambuh dan resistensi terhadap upaya terapi akan semakin kuat.
Data terbaru menyebutkan bahwa pada sebagian besar wanita hamil yang positif terinfeksi H5N1 ditemukan adanya indikasi virus influenza di plasenta janin. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi transmisi langsung virus tersebut dari ibu ke janin yang dikandungnya, padahal dari data selama ini belum pernah ditemukan adanya kasus infeksi ini.
Namun, efek teratogenik bukanlah langsung berasal dari virus influenza itu sendiri, melainkan diduga berasal dari reaksi autoimun tubuh ibu yang kemudian akan mempengaruhi kesehatan janin.
Walaupun begitu, kejadian ini menjadi perhatian khusus karena sebelumnya virus Influenza belum pernah ditemukan di janin. Apakah ini terjadi paa H5N1 saja, ataukah berlaku juga terhadap berbagai varian virus influenza lainnya masih belum diketahui secara pasti.
Meskipun belum ada bukti langsung keterlibatan infeksi virus Influenza terhadap kehamilan, namun yang jelas wanita hamil merupakan golongan dengan tingkat resiko tinggi terhadap dampak dari infeksi virus Influenza. Oleh sebab itu, bagi wanita hamil disarankan untuk selalu menjaga kebersihannya dan tetap menjaga jarak terhadap orang yang terinfeksi penyakit flu.
(SUMBER)