Daerah Perbukitan Seribu di sepanjang Yogyakarta dan
Jawa Tengah menyimpan keindahan yang jarang dilihat orang. Memang untuk
dapat menyaksikan keindahan tersebut diperlukan keahlian khusus sebab
keindahan tersebut berada dibawah tanah, yaitu berupa gua-gua vertikal
dan horizontal. Untuk memasukinya diperlukan perlengkapan yang wajib
dikenakan para penelusur gua sebagai standar keamanan dan kenyamanan.
Beberapa gua memang sudah dibuka untuk umum sebagai tempat wisata,
tetapi masih banyak gua yang hanya boleh ditelusuri oleh penelusur gua
berpengalaman yang mempunyai keahlian khusus.
Daerah Gunung Kidul di selatan Yogyakarta terkenal dengan kekeringannya. Banyak yang tak mengira bahwa Gunung Kidul menyimpan potensi air bawah tanah yang yang cukup banyak. Salah satunya seperti sungai bawah tanah ini yang berada di dalam sebuah gua di Gunung Kidul. Penelitian dan eksplorasi oleh para penelusur gua salah satunya adalah untuk mendapatkan manfaat gua untuk kehidupan, misalnya pemanfaatan air bawah tanah. Tentu saja dengan tidak mengurangi kelesetarian gua.
Tak hanya ornamen, gua juga biasanya menyimpan air bawah tanah. Tak jarang air tersebut sangat bening. Sebenarnya tak mengherankan jika banyak ditemukan air di gua, sebab ornamen gua banyak terbentuk oleh aliran atau tetesan air yang terus menerus selama ratusan tahun.
Penelusur gua memasuki mulut gua vertikal yang mempunyai variasi kedalaman mulai dari puluhan hingga ratusan meter. Diperlukan perlengkapan dan keahlian dalam melakukan penelusuran gua seperti ini. Syarat melakukan penelusuran gua vertikal adalah menguasai Single Rope Technique atau teknik penelusuran dengan satu tali. Tali yang digunakan pun tali khusus yang disebut static kernmantle, yaitu tali yang mempunyai kekuatan menahan beban ratusan kilogram.
Seorang penelusur gua sedang menuruni lintasan SRT. Lintasan SRT berupa satu tali yang menggantung dari mulut gua. Tinggi lintasan bervariasi mulai dari 10 meter hingga ratusan meter tergantung gua yang ditelusuri.
Para penelusur gua profesional biasanya tak hanya sekedar menikmati keindahan gua, tetapi juga melakukan kegiatan ilmiah yang disebut sebagai speleologi. Salah satu kegiatan tersebut adalah melakukan pemetaan gua dan potensi gua yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk ilmu pengetahuan.
Dua orang penelusur gua dari Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta melakukan pencatatan data pemetaan gua serta mendata biota yang berada di dalam gua. Data ini nantinya akan berguna sebagai sumber pengetahuan mengenai potensi gua tersebut.
Di dalam gua-gua di perut bumi terdapat banyak ornamen gua yang indah. Umumnya orang hanya mengenal stalaktit dan stalakmit, tetapi masih banyak lagi ornamen gua yang lain, misalnya canopy, flowstone, oolit, dan lain-lain.
Daerah Gunung Kidul di selatan Yogyakarta terkenal dengan kekeringannya. Banyak yang tak mengira bahwa Gunung Kidul menyimpan potensi air bawah tanah yang yang cukup banyak. Salah satunya seperti sungai bawah tanah ini yang berada di dalam sebuah gua di Gunung Kidul. Penelitian dan eksplorasi oleh para penelusur gua salah satunya adalah untuk mendapatkan manfaat gua untuk kehidupan, misalnya pemanfaatan air bawah tanah. Tentu saja dengan tidak mengurangi kelesetarian gua.
Tak hanya ornamen, gua juga biasanya menyimpan air bawah tanah. Tak jarang air tersebut sangat bening. Sebenarnya tak mengherankan jika banyak ditemukan air di gua, sebab ornamen gua banyak terbentuk oleh aliran atau tetesan air yang terus menerus selama ratusan tahun.
Penelusur gua memasuki mulut gua vertikal yang mempunyai variasi kedalaman mulai dari puluhan hingga ratusan meter. Diperlukan perlengkapan dan keahlian dalam melakukan penelusuran gua seperti ini. Syarat melakukan penelusuran gua vertikal adalah menguasai Single Rope Technique atau teknik penelusuran dengan satu tali. Tali yang digunakan pun tali khusus yang disebut static kernmantle, yaitu tali yang mempunyai kekuatan menahan beban ratusan kilogram.
Seorang penelusur gua sedang menuruni lintasan SRT. Lintasan SRT berupa satu tali yang menggantung dari mulut gua. Tinggi lintasan bervariasi mulai dari 10 meter hingga ratusan meter tergantung gua yang ditelusuri.
Para penelusur gua profesional biasanya tak hanya sekedar menikmati keindahan gua, tetapi juga melakukan kegiatan ilmiah yang disebut sebagai speleologi. Salah satu kegiatan tersebut adalah melakukan pemetaan gua dan potensi gua yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk ilmu pengetahuan.
Dua orang penelusur gua dari Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta melakukan pencatatan data pemetaan gua serta mendata biota yang berada di dalam gua. Data ini nantinya akan berguna sebagai sumber pengetahuan mengenai potensi gua tersebut.
Di dalam gua-gua di perut bumi terdapat banyak ornamen gua yang indah. Umumnya orang hanya mengenal stalaktit dan stalakmit, tetapi masih banyak lagi ornamen gua yang lain, misalnya canopy, flowstone, oolit, dan lain-lain.
sumber: http://www.suatudunia.com/2013/07/foto-unik-menjelajahi-perut-bumi-di.html#ixzz2Z6j1KGdr
0 komentar:
Posting Komentar