Menjadi wasit sepak bola memiliki risiko yang tinggi. Dikeroyok pemain maupun ofisial jamak terjadi dalam dunia sepak bola. Namun di Kenya, seorang wasit sepak bola Martin Wekesa, menjadi impoten gara-gara profesinya itu.
Imbasnya korps baju hitam itu menuntut Federasi Sepakbola Kenya (FKF) sebesar US$240.000 (Rp2,3 miliar). Martin menuntut FKF karena dirinya menjadi korban penganiyaan saat memimpin pertandingan kesebelasan Sparki Youth melawan Admiral di Liga Kenya, 22 September 2012 lalu. Nasib nahas Martin bermula saat dirinya mengusir striker Tobias Baraza pada menit ke-88. Keputusan itu membuat kesebelasan Sparki Youth berang.
Tak pelak, para pemain dan ofisial klub itu memukuli wasit itu. Puncak penganiayaan terjadi ketika asisten pelatih Sparki, Daudi Kajembe, meremas kemaluan Martin.
“Saya ingat Kajembe bilang, ‘Saya bisa membunuhmu dalam satu menit’, dan dia langsung memegang kemaluan saya. Dia meremas dan menarik kemaluan saya. Saya menangis dan tidak bisa lepas dari genggamannya,” ujar Martin seperti dilansir Dailymail.
Untungnya polisi langsung bertindak dengan menyelamatkan Martin dan dan melarikannya ke rumah sakit. Kini, Wekesa mengklaim dirinya mengalami impoten dan sudah tidak bisa berhubungan badan dengan istrinya, Mary. “Saya tidak bisa melakukan hubungan badan. Sangat, sangat sakit di area kemaluan saya,” papar Wekesa.
Tuntutan sebesar Rp2,3 miliar itu sebagai ganti rugi biaya medis dan masalah impotensi yang dialaminya. “Kami biasa hidup layaknya suami dan istri. Sekarang kami tidak, jadi hidup kami sekarang berubah,” papar Mary.
Adapun FKF sudah menghukum Kajembe larangan berkecimpung di sepak bola seumur hidup. FKF juga memerintahkan Sparki Youth untuk mengganti rugi biaya medis. SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar