Rabu, 13 Maret 2013

Kisah Nyata Bocah Sebatang Kara Yang Tenggelam Dekat BKT


[imagetag]

Kisah Nyata Bocah Sebatang Kara Yang Tenggelam Dekat BKT Tubuh kurus Riyan terbujur kaku, wajahnya yang cukup tampan kini tak lagi menarik, terlihat pucat, karena sudah tak bernyawa. Di samping tubuh kecil itu, tak terlihat satu pun anggota keluarga yang menangisi kepergiannya.

Riyan, bocah berumur 10 tahun yang tewas tenggelam di empang pinggiran Kanal Banjir Timur (KBT) di Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur itu memang dikenal warga sekitar hidup sebatang kara.

Pahitnya kehidupan ibu kota harus dirasakan Riyan, setelah kedua orangtuanya meninggal dunia, Riyan memilih merantau ke Jakarta bersama kakak perempuannya meninggalkan kampung halaman mereka di Sulawesi Tenggara.

Namun, keadaan berubah, kakak perempuannya yang menjadi tumpuan hidup bocah kelas 3 SD itu justru tega mengusirnya dari rumah. Entah apa yang menjadi alasan kakak perempuan sehingga tega membiarkan adik kandungnya menggelandang di Jakarta.

"Dia (Riyan) pernah bercerita, tinggal dengan kakaknya di daerah Cipinang, tapi kakaknya justru mengusirnya, 'sana cari makan sendiri kalau sudah besar baru datang lagi ke sini' itu kata-kata kakaknya saat mengusir Riyan," ujar Satonah (50), wanita yang mengasuh Riyan sejak menggelandang di Jakarta.

Kepada Okezone, Satonah bercerita tentang kedatangan pertama Riyan ke rumahnya. Dua bulan lalu, Riyan pertama kali berkenalan dengan Adi Bahtiar (14), anak keenam Satonah, saat itu Adi sedang menyambi sebagai tukang parkir di kawasan Harapan Indah, Cakung, Jakarta Timur.

Melihat sosok Riyan, Adi merasa iba, dia pun membelikan Riyan sepotong roti dan membawanya pulang ke rumahnya di Jalan Ujung Menteng RT 06/05 Kel. Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur.

Malam itu, di rumah yang terbilang kumuh, Satonah pertama kali bertemu Riyan dengan kondisi kelaparan. Penyakit epilepsi yang diderita Riyan kambuh. "Sampai ke rumah ini, penyakitnya kambuh, dia jatuh kejang-kejang dan pingsan, mungkin kelaparan dan kedinginan, setelah saya kasih makan, baru pulih lagi. Alhamdulillah selama dia tinggal di sini tidak pernah kambuh lagi," kenang wanita asal Surabaya itu.

Satonah pun mengizinkan bocah yang baru dikenalnya itu untuk tinggal di rumahnya. Padahal kehidupan Satonah pun terbilang pas-pasan, suaminya seorang pengangguran, dia hanya membuka warung kecil untuk menghidupi delapan anaknya ditambah lagi kehadiran Riyan. Namun hal itu tak menghentikan niat tulus Satonah untuk mengasuh Riyan.

"Tadi sebelum meninggal dia sempat minta makan sama saya, tapi belum matang nasinya, akhirnya dia keluar main, ternyata dia malah pergi berenang ke Empang, ternyata ayannya kambuh lagi, karena dia belum makan dari pagi," ungkap Satonah lirih.

Dikenal Tetangga Sebagai Bocah Penurut

Rasa iba pun datang dari para tetangga Riyan. Mendengar kisah Riyan yang hidup sebatang kara banyak tetangga yang juga turut memberikan kasih sayangnya kepada bocah yang putus sekolah itu.

Tak sedikit tetangga yang memberi makan juga memberi uang untuk jajan Riyan. Mereka menyayangi Riyan karena sifatnya yang penurut.

Martuli (50), pedagang minuman di sekitar rumah Satonah mengaku terakhir melihat Riyan setengah jam sebelum Riyan ditemukan tewas. Sekira pukul 11.00 WIB Riyan datang ke warungnya dan membeli minuman dingin.

"Saya bilang sama dia, jangan beli teh terus, beli biskuit saja, kalau mau minum, ini air putih saja saya kasih. Dia terlihat bimbang, tapi tetap saja beli teh itu," kata wanita setengah baya itu saat berbincang dengan Okezone.

Sejenak kemudian, ia mendengar Riyan tewas tenggelam di Empang. Sempat tak percaya dengan kabar yang didengarnya, Martuli langsung mendatangi tempat kejadian. "Ternyata benar dia meninggal, saya benar-benar tidak sangka," ucapnya.

Menurut Martuli dirinya sering melihat Riyan bermain bersama teman sebayanya di sekitar rumahnya, Martuli pun bercerita pernah melihat Riyan salat di musala dekat rumahnya. Sosok Riyan yang penurut dan sholeh itu yang membuat warga sekitar menyayanginya.

"Dia tidak pernah minta makan, kalau ditawari makan baru makan, ada juga yang suka kasih jajan dia, saya juga sering tawari dia makan, kasihan anak itu sebatang kara, tidak keurus, padahal anaknya baik dan rajin salat, ganteng lagi mukanya," ungkapnya.

Kini tak ada lagi tawa riang Riyan, Tuhan telah memanggilnya, Senin (11/3/2013) sekira pukul 12.00 WIB Riyan ditemukan tewas dengan kondisi mengambang di sebuah empang dekat Banjir Kanal Timur (BKT). Mungkin itu jalan terbaik bagi Riyan, menyusul kedua orangtuanya di alam kekal..

Bersyukurlah kita yang masih punya orang tua, Kakak dan Teman-teman yang menyayangi kita gan, ane baca kisah itu pengen mewek rasanya.. (sUMBER)

0 komentar:

Posting Komentar

Update Terbaru

Blogger Widget Get This Widget -

Semua Ada di Sekitar Kita