Enam tahun lalu, wajah cantik Carmen Blandin Tarleton lenyap tak bersisa saat suaminya menyiramkan larutan alkali industrial ke wajah dan tubuhnya. Namun berkat kebaikan seorang wanita, Carmen kini punya wajah baru.
Operasi transplantasi wajah dijalankannya di bulan Februari, namun untuk pertama kalinya Carmen berbicara di hadapan publik Rabu (1/5) lalu, didampingi anak dari pendonor wajahnya, Marinda Righter.
"Pendonor dan keluarganya telah memberi saya hadiah yang sangat berharga, yang membuat kualitas hidup saya meningkat," ujar Carmen yang menggelar jumpa pers beserta para dokter yang merawatnya.
Pada 2007, suami Carmen -- kini mantan suami -- Herbert Rogers pulang ke rumah sambil mengamuk, menuduh Carmen (saat itu berusia 38 tahun) berselingkuh dengan lelaki lain. Ia menduga pria tersebut ada di rumah bersama Carmen, lalu ia pun membabi buta mencarinya. Saat lelaki yang dia tuduhkan itu tak dapat ditemukan, ia menghantam Carmen dengan pemukul baseball, dan menyiramkan larutan alkali industrial ke wajah dan tubuh sang istri.
Polisi datang saat Herbert sudah kabur dan Carmen sedang merangkak menuju wastafel, berusaha mencuci cairan yang sudah melelehkan wajahnya.
Dua tahun kemudian, sang suami mengaku bersalah dan dijebloskan ke penjara selama 30 tahun. Namun bagi Carmen semuanya sudah terlambat. Sebanyak 80 persen dari seluruh tubuhnya mengalami luka bakar parah. Wajahnya meleleh tak dapat dikenali lagi, dan ia kini buta total. Kepalanya kaku dan ia bahkan tak bisa menengok ke kiri dan ke kanan.
Februari 2013, enam tahun setelah tragedi yang menimpanya, Carmen akhirnya menjalani operasi transplantasi wajah setelah mendapat donor. Seorang wanita bernama Cheryl Denelli Righter meninggal mendadak karena stroke, dan sang anak Marinda Righter memutuskan untuk menyumbangkan wajah ibunya kepada Carmen.
Operasi berlangsung selama 15 jam, melibatkan sekitar 30 orang yang terdiri dari ahli bedah, anestesiolog, dan suster. Tak sekadar menempelkan wajah baru, para dokter juga harus memastikan bahwa saraf dan otot wajahnya bisa bekerja dengan baik sehingga nantinya Carmen bisa menggerakkan mulut dan bisa merasakan sentuhan di kulit wajahnya.
"Aku kini berada dalam kondisi yang jauh lebih baik, secara mental maupun emosional, dibandingkan enam tahun lalu," ujar Carmen dalam jumpa pers.
"Ada banyak yang bisa kita ambil dari tragedi mengerikan yang menimpa kita. Aku ingin semua orang tahu bahwa mereka tak perlu menyerah saat tragedi menimpa. Bahwa kita bisa membuat pilihan untuk fokus pada hal-hal baik yang terjadi, dan menggunakannya untuk membantu kita bangkit," lanjut Carmen.
Sementara itu di kesempatan yang sama, Marinda Righter menyatakan kebahagiaannya saat pertama kali bertemu Carmen dengan wajah ibunya.
"Aku bisa menyentuh wajah ibuku lagi, aku bisa melihat bintik-bintik di wajahnya, dan melalui Carmen, kenangan akan ibuku akan selalu hidup," ujarnya. SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar